Rabu, 20 Januari 2010

= SEKOLAH SEBAGAI AGEN PENYEBAR KARAKTER BUDAYA BANGSA

http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/sekolah-sebagai-agen-penyebar-karakter-budaya-bangsa/

SEKOLAH SEBAGAI AGEN PENYEBAR KARAKTER BUDAYA BANGSA

Jakarta, 14/1/2010 (Kominfo-Newsroom) Lembaga sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi memiliki peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap pembentukan karakter dan budaya bangsa.

Tidak ada yang menolak tentang pentingnya karakter dan budaya, tetapi jauh lebih penting lagi adalah bagaimana menyusun dan mensistemasikannya, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya, kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh pada Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta, Kamis (14/1).

Acara yang dipandu Wakil Mendiknas Fasli Jalal itu menghadirkan pembicara utama Mantan Mendiknas RI, Yahya Muhaimin, Budayawan Frans Magnis Suseno, dan pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Abdullah Syukri Zarkasyi.

Menurut Mohammad Nuh, beberapa kebiasaan atau budaya yang perlu ditumbuhkembangkan di antaranya adalah budaya apresiasif konstruktif. Artinya, siapa pun yang memberikan kontribusi positif di lingkungannya perlu mendapatkan apresiasi.

“Kebiasaan memberikan apresiasi itu akan mampu membangun lingkungan untuk tumbuh suburnya orang berprestasi. Kalau lingkungannya sendiri tidak mendukung seseorang berprestasi, maka nanti akan terus menerus negatif,” katanya.

Budaya berikutnya yang perlu dikembangkan, menurutnya, adalah obyektif komprehensif. Mendiknas berpendapat, perlu mentradisikan untuk melihat segala sesuatu secara utuh.

Kemudian budaya yang juga penting dikembangkan adalah rasa penasaran intelektual atau intellectual curiosity serta kesediaan untuk belajar dari orang lain.

Kepada para peserta sarasehan Mendiknas meminta agar dikembangkan model-model pembelajaran yang menjadikan anak tidak hanya mampu menghapal, tetapi juga dapat mengetahui, mengingat, dan paham apa yang diingatnya. Termasuk membangun karakter dan budaya bangsa secara sistematik.

“Budaya itu juga bisa direkayasa dalam makna positif. Jadi tolong pada sarasehan ini dibahas bagaimana rekayasa untuk mensistematiskan pengembangan budaya agar jelas tahapannya,” katanya.

Sementara itu Yahya Muhaimin mengatakan, pengembangan karakter bangsa lebih ditekankan pada kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah laku.

Menurutnya, setiap sekolah diwajibkan untuk mempunyai statuta yang di dalamnya dicantumkan secara eksplisit dan jelas tentang pengembangan karakter di sekolah tersebut.

“Jadi bukan dalam kurikulum, tetapi dalam program,” katanya.

Setiap statuta sekolah, lanjut Yahya, akan mencantumkan nilai-nilai dasar atau yang merupakan ciri khas karakter bangsa Indonesia yaitu yang bersumber dari nilai-nilai agama maupun nilai-nilai kenegaraan, patriotisme, dan nasionalisme.

“Nilai-nilai dasar tersebut misalnya jujur, dapat dipercaya, amanah, kebersamaan, peduli kepada orang lain, adil, dan demokratis,” katanya.

Memiliki Harga Diri

Sementara itu Frans Magnus Suseno mengatakan, orang yang mempunyai karakter biasanya adalah orang yang mempunyai keyakinan, dan semua langkah dan tindakannya akan berdasarkan keyakinan dan sikapnya itu.

Keyakinan itu, katanya, termasuk kejujuran yang mendasar, kesetiaan terhadap dirinya sendiri dan perasaan spontan bahwa ia mempunyai harga diri. Dan bahwa harga diri itu akan turun apabila orang itu menjual diri.

“Ia tahu apa itu tanggung jawab dan bersedia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia bukan 'orang bendera' yang selalu mengikuti arah angin. Namun ia bisa saja fleksibel, tawar menawar, mau belajar dan berkembang dalam pandangannya,” katanya.

Frans menegaskan, feodalisme para pendidik tidak memungkinkan karakter anak-anak didiknya berkembang semestinya. Menurut dia, jika pendidik membuat anak menjadi 'manutan' dengan nilai-nilai penting, tenggang rasa, dan tidak membantah, maka karakter anak tidak akan berkembang.

“Kalau kita mengharapkan karakter, anak itu harus diberi semangat dan didukung agar ia menjadi pemberani, berani mengambil inisiatif, berani mengusulkan alternatif, dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Ia harus diajarkan untuk berpikir sendiri,” katanya.

Sementara itu Abdullah Sy

Artikel-artikel Terkait

>> Face Book - Karakter Budaya Bangsa

FACE BOOK

karakterbudayabangsa@yahoo.com

>>Email Yahoo - Karakter Budaya Bangsa

karakterbudayabangsa@yahoo.com

>>Blogspot - Karakter Budaya Bangsa

http://karakterbudayabangsa.blogspot.com/